Pages

Friday, June 22, 2012

Monolog Tentang Jakarta (HUT Jakarta Ke-485)

Halo Jakarta! Selamat pagi! :)

Hari ini, tanggal 22 Juni lho, berarti hari ulang tahun kamu yang ke 485. Waaaah... hampir 5 abad ya! Saya sempat bingung bagaimana hari tersebut ditetapkan sebagai hari lahir kota Jakarta. Kalo menurut artikel-artikel sejarah yang saya baca, berdasarkan SK tertanggal 23 Februari 1956 yang dibuat oleh Dewan Perwakilan Kota Sementara Djakarta Raja, hari lahir Jakarta ditetapkan pada 22 Juni 1527. Hari tersebut diperkirakan merupakan hari kemenangan Faletehan (Fatahillah) yang kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (=kemenangan yang sempurna). Adapun dasar penetapannya adalah penelitian Prof. Soekanto sebagaimana diuraikan dalam bukunya Dari Djakarta ke Djajakarta (1954).

Oke deh, dalam rangka HUT Jakarta ke 485 ini, saya mau cerita pengalaman-pengalaman saya sejak saya kenal yang namanya kota Jakarta (...dari lahir dong??).

Saya lahir tahun 1990, di saat usia Jakarta sudah 463 tahun. Waaah bagaikan cucu dengan kakeknya kakek buyut yaa.. Di saat saya masih balita, tahun 90an, seingat saya kamu berlum terlalu seramai sekarang. Bahkan di daerah rumah saya, di Joglo, Jakarta Barat masih banyak kebun-kebun warga. Oh iya, di dekat rumah saya masih banyak pohon kecapi dan pohon jamblang, anak-anak sukaaa banget memetik buahnya untuk langsung dimakan. Nyaaammm.. Sekarang di mana nyari pohon buah jamblang ya? :(

Namun rindangnya pohon-pohon di lingkungan rumah saya tidah bertahan lama, sekitar tahun 1994-1996 tanah warga dibeli oleh developer sebuah perumahan elit. Pohon-pohon ditebang,  tanah dibuat jadi gundukan-gundukan seperti bukit-bukit kecil. Kata Bapak saya, nantinya di samping rumah saya akan dibangun sebuah jalan tol yaitu Jakarta Outer Ring Road (JORR) sehingga daerah ini akan jadi perumahan elit karena dekat tol yang menghubungkan seluruh Jakarta. Akan tetapi, ternyata pembangunan jalan tol dan perumahan tersebut baru dilaksanakan 18 tahun setelahnya (tahun 2012). Ckckck...

Tahun 1998. Tahun paling suram di kota Jakarta, menurut saya. Pada tahun tersebut negeri kita dilanda krisis moneter. Kerusuhan di mana-mana. Pada saat itu saya masih berusia 8 tahun, tetapi saya masih ingat berbagai kejadian yang ditayangkan di televisi. Saya juga merasakan ketegangan pada saat Jakarta mengalami kerusuhan di tahun tersebut. Mahasiswa bersatu berdemonstrasi ke gedung DPR. Ruko-ruko dan pusat perbelanjaan dijarah dan dibakar masa. Bahkan sampai terjadi kekerasan terhadap etnis Tionghoa pada saat itu. Hal ini terjadi karena masyarakat sudah sengsara dengan krisis moneter dan gerah dengan kepemimpinan Pak Harto yang sudah 32 tahun lamanya. Mahasiswa menuntut Pak Harto turun.

Sumber gambar: klik di sini

Ada satu moment yang tak bisa saya lupakan di masa itu. Sembako langka di mana-mana, bahkan tetangga kami yang membuka warung sampai menawarkan beras untuk kami beli dan sebagai cadangan kami karena stok benar-benar hampir habis. Di malam harinya, kami sekeluarga tidur dengan penuh waspada, hingga pada sekitar pukul 2 pagi tetangga kami mengetok-ngetok pintu pagar, Ia bilang agar waspada karena komplek perumahan di daerah Ciledug sudah ada yang dijarah warga. Saya takut sekali pada saat itu. Bapak saya sampai menggotong sekarung beras untuk diamankan ke gudang lantai atas. Bahkan saya sampai menyiapkan celengan saya kalo saja kami harus mengungsi T__T. Namun alhamdulillah hal buruk tersebut tidak sampai terjadi.

Pak Harto akhirnya lengser bulan Mei Tahun 1998. Pasca kerusuhan saya sangat terkejut karena swalayan di daerah Meruya tempat favorit saya setiap ikut belanja bareng Mama ternyata telah ludes terbakar. Padahal di sana ada Gramedia dan KFCnya lhooo (dulu masih jarang banget Gramedia sama KFC di Jakarta). Selain itu, Ramayana Ciledug juga dibakar masa, bahkan konon katanya banyak yang meninggal di sana. Pikiran saya saat itu, sayang banget mainan-mainan incaran saya berarti ikut terbakar T__T.

Lambat laun, krisis berlalu. Namun harga-harga di Jakarta jadi semakin mahal -__-". Tahun 2002, ruko-ruko yang terbakar mulai dibangun kembali. Pada saat itu mall-mall juga sudah mulai dibangun, meskipun jumlahnya masih sedikit. Di Jakarta Barat pun hanya ada Mall Puri Indah, Citraland, dan Taman Anggrek. Saat itu masih jarang sekali anak sekolah ngeceng ke mall. Hehehe...

Tahun 2002 juga terjadi banjir besar di Jakarta. Siklus banjir 5 tahunan. Saya ingat betul pada saat itu Jakarta banjir dimana-mana sampai sekolah saya pun diliburkan. Perumahan banyak yang terendam sehingga warga dievakuasi menggunakan perahu karet dan mengungsi di tempat-tempat yang aman.

Tahun 2004 perekonomian di Jakarta semakin membaik. Oh iya pada tanggal 15 Januari 2004 Jakarta memiliki juga sarana transportasi baru, namanya Trans Jakarta atau sering disebut dengan Busway. Pertama kalinya Busway beroperasi dengan jalur Blok M-Kota. Seneng deh akhirnya Jakarta punya sarana transportasi yang lumayan nyaman :).

Sumber gambar: klik di sini

Tahun 2007, banjir kembali terjadi. Lebih heboh karena saat itu saya bersekolah di SMA yang cukup jauh dari rumah. Ketika akan pulang sekolah kami tertahan hujan yang tak kunjung berhenti dari pagi. Akhirnya saya dan teman-teman nekat pulang dengan menggunakan payung. Kami ingin buru-buru pulang karena gosipnya jalan sudah mulai tergenang banjir. Benar saja, kami susah mencari angkot, semua penuh karena karyawan ternyata pulang siang itu juga karena kantor mereka kebanjiran. Setelah dapat angkot, ternyata angkot berhenti setengah perjalanan. Ternyata kali Pesanggrahan yang melewati Kebon Jeruk sudah meluap hingga membanjiri jalan raya. Perahu karet sudah siaga untuk menyebrangkan warga. Dan tentu saja tidak ada kendaraan yang bisa lewat.

Sumber gambar: klik di sini

Saya dan teman-teman kebingungan. Teman saya sampai menangis menelpon Ibunya karena tidak bisa pulang. Hahaha.. Akhirnya kami punya ide untuk naik taksi saja dan lewat jalan tol yang katanya belum tergenang. Syukurlah pada saat tersebut ada taksi lewat dan kami berlima yang rumahnya searah langsung naik. Ternyata gerbang tol luar biasa macetnya saat itu. Semua mobil ingin masuk tol. Polisi pun sampai kelimpungan mengaturnya. Setelah mengantri sekitar setengah sampai satu jam, akhirnya taksi yang kami tumpangi bisa masuk tol dan kami akhirnya tiba di rumah. Beruntung sekali kami masih sempat lewat tol saat itu karena ternyata jalan-jalan di pinggir tol sudah tergenang. Selain itu, pada malam harinya ada berita bahwa tol Kebon Jeruk juga tergenang banjir sampai mobil tidak bisa jalan sampai pukul 3 pagi.

Sumber gambar: Portal DJP

2012. Sudah 22 tahun saya tumbuh dan berkembang di kota ini. Meskipun sekarang banjir hampir setiap musim hujan, saya tetap cinta Jakarta. Meskipun macet semakin hari semakin menjadi, hutan kota semakin jarang, kondisi air tanah semakin buruk, mall menjamur dimana-mana, saya tetap memiliki harapan besar pada kota ini. Semoga kondisi ini akan membaik sesuai yang saya impikan: kota yang rindang, sejuk, banyak pohon, sungainya jernih, tidak macet, bersih, aman, nyaman, tertib, dan penduduknya damai, sejahtera. Semoga! 

Selamat Ulang Tahun ke-485 untuk Jakarta :)

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com