Pages

Wednesday, August 3, 2011

Ketika Jarak Api Hanya 1 Meter dari Rumah Anda.

Minggu, 31 Juli 2011. Tepatnya sekitar pukul setengah 5 sore. Suasana yang cukup ceria menyambut bulan Ramadhan pada sore harinya. Saya yang lelap tidur siang untuk menyiapkan "energi" untuk tarawih pada malam harinya.

Tiba-tiba sore yang tenang itu berubah seketika. Saya yang sedang tidur dikejutkan dengan suara Babeh yang teriak histeris ketika kakak saya menelepon ke rumah. KEBAKARAN. Saya, Mama, dan Babeh langsung panik. Kakak saya di seberang telepon sana menangis karena tepat di depan rumahnya terjadi kebakaran yang cukup besar. Saya pun langsung menelepon pemadam kebakaran, meskipun sempat salah sambung karena panik. Ternyata sudah ada yang melapor ke sana dan mobil pemadam sudah diberangkatkan. Babeh pun langsung pergi ke rumah kakak. Setelah itu saya menyusul.

Di jalan saya semakin panik. Rumah kakak saya jaraknya sekitar 3 km dari rumah saya, tetapi asap hitam di langit sudah terlihat bahkan dari rumah saya. Saya pun langsung ngebut naik si kebo, motor saya. Pikiran udah nggak karuan.

Benar saja, sampai di depan jalan rumah kakak saya, orang-orang sudah penuh. Kebanyakan orang datang karena ingin melihat kebakaran yang terjadi. Saya mengklakson habis-habisan supaya orang-orang pada minggir.

Asap semakin hitam. Mobil pemadam kebakaran belum datang. Saya panik melihat orang-orang sudah mengangkut barang-barang mereka, sedangkan saya belum bertemu dengan kakak, babeh, dan kakak ipar saya. Setelah memarkir motor di tempat yang kira-kira aman, saya langsung berlari ke arah rumah. Dan...Api ternyata sudah tinggi sekali, menyambar-nyambar ke rumah kakak saya yang jaraknya tinggal kira-kira 1 meter lagi. Saya pun langsung lemas.

Saat itu setengah sadar, saya hanya bolak-balik mencari kakak, babeh, dan ipar saya, tapi tidak kunjung ketemu. Payahnya, justru pada saat genting seperti itu saya pulsa telepon saya malah habis.Orang-orang berlarian, tapi anehnya tidak ada yang saya kenal. Padahal saya sudah kenal dengan tetangga di sekitar sana. Saya bingung warga di sana pada ada di mana. Akhirnya saya balik lagi ke arah jalan.



Akhirnya pemadam kebakaran datang. Petugas segera menyiapkan selang dan menuju tempat kebakaran terjadi. Akhirnya juga saya ketemu mama yang menyusul ke sana. Ternyata kakak saya menunggu di tetangga belakang rumah. Kami pun menyusul ke sana.

Dari belakang rumah, suasana terlihat lebih mencekam. Terlihat seperti rumah kami sudah hampir terbakar. Ternyata awalnya warga sudah berusaha memadamkan api dengan cara naik ke genteng rumah kami dan mengambil air dari tank air di atas, tapi tidak berhasil karena apinya semakin besar.

Kakak saya yang sedang hamil pun sudah menangis-nangis ketakutan. Tapi untungnya petugas pemadam sudah terlihat memadamkan api yang di depan rumah kami.

Sebenarnya, api bersumber dari konsleting listrik penghuni di depan rumah kakak saya. Karena penghuni tersebut menyewa sebidang tanah untuk mengumpulkan barang-barang bekas, mulai dari plastik, sampai alat-alat elektronik, maka api mudah menyebar melahap barang-barang tersebut dengan cepat. Alhamdulillah antara rumah kami dengan penghuni depan dibatasi tembok beton setinggi 2 meter sehingga menahan api dan api tidak cepat menyambar ke rumah kami.

Ternyata 6 unit mobil pemadam dikerahkan ke lokasi. Kami cuma bisa berdoa semoga api tidak menyebar ke rumah-rumah lain. Saat itu saya lihat tanaman di pot-pot depan rumah sudah terbakar, kanopi di teras sudah meleleh, dan kayu di depan teras sudah mulai terbakar. Parahnya lagi, angin sore itu cukup besar dan mengarah ke rumah kami. Takuuuut banget.. T___T



Sekitar pukul setengah 6 api mulai bisa dikendalikan oleh petugas pemadam. Tak lama kemudian api berangsur-angsur mati. Alhamdulillaah..

Keadaan di depan rumah cukup parah, beberapa pohon hangus, tiang listrik, kabel-kabel listrik dan telepon juga hangus. Sewaktu api menyamber kabel-kabel ini, bapak-bapak berusaha memutuskan kabelnya dengan galah panjang karena takut apinya menyebar ke rumah-rumah lain lewat kabel listrik.

Menjelang maghrib api pun berhasil dipadamkan. Orang-orang lega, dan gerombolan masa yang datang "cuma untuk menonton" mulai pulang. Alhamdulillaaaaah banget apinya nggak menyebar ke rumah-rumah lain. Semua warga shock, sport jantung, lemas. Jangankan warga sana, saya pun lemas melihat kebakaran secara langsung di depan mata dan rumah sendiri yang terancam dilalap api.

Saya nggak kuat mengambil gambar waktu api masih sangat besar dengan asap hitam yang membumbung tinggi. Ya iyalah..siapa juga yang tega mefoto rumahnya yg hampir terbakar -__- Tapi sewaktu mau pulang, saya lihat ramai sekali mobil pemadam berderet dan bahkan ada reporter yang meliput -___-
Astagfirullah, peristiwa menjelang Ramadhan kali ini benar-benar menakutkan, jangan sampai terulang lagi. Tapi alhamdulillah kami sekeluarga dan rumah kami masih dilindungi.. :'(

0 comments:

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com