Pages

Wednesday, April 13, 2011

Ujian

Tidak terasa kita sudah memasuki pertengahan bulan April. Selain hari Kartini, bulan April biasanya memiliki satu momen penting yang paling dinantikan, selain deadline KTTA tentunya. Ya, Ujian Nasional. Pada bulan ini, Ujian Nasional, khususnya untuk tingkat Sekolah Menengah Atas, diselenggarakan. Ini berarti sudah tepat 3 tahun berlalu sejak saya melewati Ujian Nasional SMA.

Bicara mengenai ujian, hal apa yang muncul di benak kita? Takut, cemas, lelah, dan sangat menguras tenaga serta pikiran. Masih terbayang ujian-ujian yang sudah saya lewati pada setiap jenjang sekolah. SD: untuk lulus dari SD, saya harus melewati ujian yang kalau tidak salah waktu itu namanya masih EBTANAS. Selain itu, saya juga harus melewati ujian sekolah dan ujian praktik. Tidak hanya sampai di situ, saya juga harus melewati general test untuk masuk ke SMP. Hasilnya? Alhamdulillah saya lulus dan diterima di SMP yang saya pilih.

SMP: untuk lulus dari jenjang ini, saya harus melewati Ujian Nasional 3 mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Hasil Ujian Nasional ini berupa nilai yang menentukan di mana saya akan melanjutkan SMA. Selain itu, saya juga melewati ujian sekolah dan ujian praktik untuk dinyatakan tamat dari SMP. Hsilnya? Alhamdulillah saya bisa meneruskan sekolah di SMA yang saya idam-idamkan.

SMA: ujian di jenjang ini semakin berat. Mulai tahun 2008, yaitu tahun kelulusan angkatan saya, semua siswa SMA harus melewati Ujian Nasional yang meliputi 6 mata pelajaran. Hal itu berarti saya yang jurusan IPA harus melewati Ujian Nasional Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, dan Biologi. Kelimpungan sekali kami saat itu. Tahun-tahun sebelumnya siswa SMA hanya melewati Ujian Nasional 3 mata kuliah. Saya dan teman-teman belajar keras menjelang ujian, ikut bimbingan belajar, serta pendalaman materi di sekolah yang diadakan sejak 6 bulan sebelum ujian. Selain Ujian Nasional, kami juga harus melewati ujian sekolah dan ujian praktik. Ujian praktik di SMA cukup sulit, apalagi untuk mata pelajaran IPA seperti Fisika, Kimia, dan Biologi. Akhirnya ujian ini membuahkan hasil. Saya dan teman-teman lulus dari SMA dengan nilai memuaskan.

Kuliah: bagi saya, ujian di jenjang ini yang paling berat. Ketika di SMP atau SMA, ujian semester memang cukup bikin deg-degan dan menguras pikiran. Akan tetapi, ujian semester di SMP dan SMA masih bisa dibilang wajar. Saya jarang tidur di atas jam 12 malam ketika ujian semester di SMP atau SMA. Tapi ketika Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester di STAN? Wah, jangan ditanya, saya bahkan pernah baru tidur jam setengah 4 pagi!

Masa-masa UTS DAN UAS di STAN bagi saya identik dengan begadang, kopi, dan buku tersebar berantakan di kamar. Menurut saya dan teman-teman, UTS dan UAS di STAN itu deg-degannya bahkan melebihi ketika Ujian Nasional. Apalagi kampus kami ini menerapkan sistem gugur alias DO untuk mahasiswa yang IP nya tidak memenuhi standar. Akan tetapi, saya ragu apakah sistem belajar sampai pagi ketika UTS dan UAS ini disebabkan karena materinya yang banyak, kurang memperhatikan ketika kuliah sehari-hari, atau karena sistem belajar yang berubah menjadi sistem kebut semalam alias SKS semenjak duduk di bangku kuliah? Entahlah, yang jelas bukan hanya saya yang sering belajar sampai pagi setiap UTS dan UAS, melainkan rata-rata semua teman saya melakukan hal yang sama.

Jenjang pendidikan saya di bangku kuliah saat ini memasuki semester akhir. Saat-saat paling menentukan selama 3 tahun kuliah di STAN. Meskipun sejak tingkat 3 kecemasan ketika UTS dan UAS sudah semakin berkurang, namun timbul kecemasan dalam ujian-ujian lain, salah satunya penyusunan KTTA alias tugas akhir. Selain KTTA, kami juga harus melewati UTS dan UAS semester akhir, serta ujian kompre. Ketika semua ujian tersebut telah terlewati, berarti kami bisa melaju ke babak selanjutnya, yaitu babak dunia kerja.

Ya, seperti inilah hidup. Setiap fase memiliki ujian dan kita harus menghadapi ujian tersebut untuk meneruskan ke fase selanjutnya, jenjang yang lebih tinggi. Bukan hanya dalam hal pendidikan, bahkan dikatakan bahwa keimanan seseorang juga mengalami ujian untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Ketika telah berhasil dari ujian-ujian tersebut, hati dan pikiran akan sangat lega.

Saya dapat menceritakan ujian-ujian pada fase SD, SMP, dan SMA dengan singkat dan lancar. Padahal, waktu menghadapi ujian-ujian tersebut dulu lelahnya minta ampun. Begitu pula dengan fase kuliah ini, mudah-mudahan nantinya saya akan tersenyum ketika mengingat dan menceritakan ujian pada fase ini.

0 comments:

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com